Selasa, 01 Desember 2009

Sendawa biri-biri berbahaya ? ?

30/11/2009 16:05
Liputan6.com, Sydney: Biri-biri yang tidak banyak bersendawa. Inilah yang tengah dikembangkan ilmuwan Australia untuk mengurangi buangan gas metana dari ternak penghasil wol di negeri tersebut. Demikian diungkapkan peneliti dari New South Wales Department of Industry and Investement, John Goopy, Ahad (29/11).

Dua belas persen dari seluruh buangan gas rumah kaca di Australia berasal dari sektor pertanian. Dan, 70 persen di antaranya bersumber dari ternak pemamah biak. Terutama, sendawa hewan-hewan itu.

"Hampir semua metana itu keluar dari mulut biri-biri. Sama sekali tak banyak yang keluar dari anus hewan tersebut," kata Goopy, seperti diberitakan ANTARA.

Para ilmuwan mengukur buangan metana dengan menggembalakan biri-biri di ruang khusus setelah hewan-hewan itu makan. Lalu peneliti menghitung jumlah gas yang dikeluarkan lewat sendawa.

Mereka berharap dapat mengetahui hubungan genetika di antara biri-biri yang menghasilkan paling sedikit metana. Sehingga, merereka bisa mengembangbiakkan biri-biri beremisi rendah.

Dari 200 biri-biri yang diteliti, separuhnya menghasilkan metana lebih dari rata-rata. Sedangkan sebagian lainnnya mengeluarkan lebih sedikit gas. "Satu-satunya penentu terbesar produksi metana pada lembu dan biri-biri adalah jumlah makanan yang dikonsumsi," kata Goopy.

Goopy menambahkan, metana memiliki 17 kali kandungan karbondioksida yang berbahaya bagi lingkungan hidup. Karena gas dari rumah kaca diduga sebagai penyebab pemanasan global. Jika metana yang dihasilkan 80 juta atau lebih biri-biri di Australia dikurangi menjadi hanya 10 atau 15 persen dalam dasawarsa mendatang, hal itu akan berdampak pada buangan gas rumah kaca dalam jangka panjang.(YNI)

Kamis, 24 September 2009

Ayam Jadi-Jadian

Hati-hati . . . . banyak ayam jadi-jadian di pasar. . . .
Ayam tiren (mati kemarin) merupakan bangkai ayam yang disembelih dan dijual di pasar. Ciri-ciri ayam tiren adalah aromanya yang agak amis, dagingnya terlihat agak kebiruan. Bagian daging yang berwarna biru terlihat di bagian bawah dan lipatan tubuh. Menandakan bahwa darah yang ada dalam tubuh ayam tidak keluar dan membeku karena memang ayam tidak disembelih. Selain itu, sering terlihat bercak atau gumpalan darah pada bagian kepala dan leher ayam dan bahkan bercak ini tetap terlihat ketika daging ayam tiren sudah dimasak.
Selain ayam tiren, , yang harus diwaspadai adalah ayam yang telah ditambah formalin. Ayam berformalin terlihat berwarna putih cerah. Jangan sampai tertipu, , putih disini akibat ditambahkan formalin, , bukan putih bersih karena dicuci sampai bersih. . . Untuk mengenali ayam berformalin dapat dilakukan dengan cara mencium aroma daging ayam, biasanya ayam berformalin berbau langu. Cara lain adalah dengan melihat dagangan pedagang lain. Biasanya ayam yang disajikan banyak dikerubungi lalat, ayam yang tidak dikerubungi lalat menandakan bahwa ayam tersebut diberi formalin.
Satu lagi kecurangan yang dilakukan oleh pedagang ayam adalah dengan cara suntik, atau dikenal dengan nama ayam suntik. Ayam suntik merupakan ayam yang telah disuntik angin dengan menggunakan spuit. Spuit ditancapkan dibawah kulit daging ayam yang sudah dipotong. Cara mengetahuinya cukup mudah, tekan daging dan apabila daging mengempis, maka pedagang telah melakukan kecurangan tersebut. Selain suntik angin, ayam juga disuntik dengan menambahkan air. Layaknya sapi gelonggongan tetapi penyuntikan air dilakukan setelah ayam disembelih. Untuk mengetahui kecurangan ini, cukup tekan daging dan apabila keluar air maka daging tersebut telah disuntik air. . . .
Sekali lagi, , hati-hati dalam memilih produk peternakan yang ada di pasar. . . .
BANGUN PETERNAKAN KITA. . . . . . ! ! ! ! !

Sapi Gelonggongan

Siapa yang tidak tahu sapi gelonggongan? ? ? Daging sapi hasil gelonggongan banyak beredar di pasar sejak tahun 2000-an dan sampai saat ini masih menghantui para konsumen daging sapi. Sapi gelonggongan dipaksa minum air sebanyak-banyaknya, kemudian disembelih dan dipotong-potong.
Pemberian air ini dimaksudkan untuk meningkatkan kadar air dalam daging sehingga berat daging akan bertambah. Kadar air dalam daging sapi gelonggongan bisa meningkat sampai 40%. Daging sapi normal dengan berat 750 gram dapat meningkat menjadi sekitar 1 kiloan dengan penggelonggongan ini.
Ada beberapa trick mudah untuk mengenali daging sapi gelonggongan. Yang pertama, penjual tidak akan pernah berani untuk menjual daging dengan cara digantung, hanya diletakkan di meja. Hal ini dikarenakan air akan menetes dari serat-serat daging jika digantung. Karena kandungan air yang cukup tinggi pada daging, disekitar alas tempat daging dijual akan terdapat banyak air yang tercampur darah. Selain itu, warna daging lebih pucat serta lebih lembek dan akan lebih cepat busuk.
Kandungan air yang terlampau tinggi menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme dan bakteri pembusuk menjadi lebih pesat, hal ini menyebabkan kualitas daging menjadi sangat buruk dan akan mudah membusuk. Daya tahan daging gelonggongan setelah dipotong hanya sekitar tujuh jam.
Daging gelonggongan jelas sekali merugikan konsumen, , untuk itu mari kita tingkatkan kewaspadaan kita dalam membeli daging di pasar.
Semoga info ini bermanfaat bagi kemajuan peternakan di Indonesia serta bagi masyarakat umum yang senantiasa membutuhkan produk peternakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. . . .
Peternakan memiliki andil besar dalam meningkatkan kecerdasan bangsa, , oleh karena itu senantiasa dukung peternakan nasional kita. . . .
BANGUN PETERNAKAN INDONESIA. . . . . . .

Cerita dari Dosen

Satu cerita dari Ibu Agustini tentang seorang mantan mahasiswi peternakan yang bekerja di salah satu perusahaan teelkomunikasi di Semarang. Cerita yang menggugah mahasiswa peternakan untuk senantiasa mengembangkan wawasannya di bidang Peternakan, untuk menjadi seorang yang profesional dalam bidangnya.

Suatu hari Ibu Agustini berkunjung ke salah satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi yang berada di Semarang. Kedatangan Ibu Agustini tersebut bertujuan untuk mengajukan komplain atas salah satu produk penyedia jasa telekomunikasi tersebut. Saat mengajukan komplain, Ibu Agustin dilayani oleh seorang customer service perempuan yang ternyata adalah seorang Alumni FISIP Undip. Obrolanpun tak terhindar hingga cs tersebut mengetahui bahwa Ibu Agustini adalah seorang Dosen Fakultas Peternakan Undip. Setelah bercerita panjang lebar, cs tersebut memberitahu bahwa salah satu rekan kerjanya adalah seorang sarjana peternakan Undip.

Ceritapun berlanjut, sang cs menceritakan mengenai kegiatannya beserta teman-teman rekan kerja sekantornya disaat istirahat siang kemarin. Menurut cerita sang cs tersebut, dia beserta rekan-rekan kerjanya berdiskusi mengenai kandungan protein yang ada pada sebutir telur. Ada salah satu teman yang bertanya di bagian manakah protein telur itu berada pada sebutir telur, apakah terdapat pada putih telur atau pada kuning telur. Kontan rekannya yang seorang sarjana peternakan menjawabnya dan mengatakan bahwa protein pada telur berada pada bagian putih telurnya.

Pertanyaan susulanpun muncul mengenai keberadaan protein pada kuning telur, apakah selain terdapat pada putih telur protein juga terdapat pada kuning telur. . . Jawabanpun kembali muncul dari sarjana peternakan yang tadi telah menjawab partanyaan pertama. Dijawabnya bahwa protein hanya terdapat pada putih telur dan tidak terdapat pada kuning telur, yang ada dalam kuning telur adalah lemak.

Mendengar cerita tersebut, Ibu Agustini hanya bisa menghela nafas dan didalam hatinya sebenarnya ada perasaan malu yang sangat. Padahal sebenarnya pada sebutir telur, protein terdapat pada kedua bagian baik putih maupun kuning telurnya. Hanya saja presentasenya yang berbeda, sebagian besar protein terdapat pada putih telur dan sebagian kecil terdapat pada kuning telur. Sungguh memalukan seorang sarjana peternakan tidak menguasai pengetahuan umum tentang produk peternakan yang sangat dikenal tersebut.

Cerita ini seharusnya dapat menggugah kita para mahasiswa peternakan agar senantiasa menggali wawasan mengenai peternakan. Mendalami pengetahuan dan ilmu pengetahuan tentang peternakan agar kita menjadi seorang yang profesional dan mempunyai nilai yang lebih dari yang ada sekarang ini.

Semoga membangkitkan semangat kita untuk membangun peternakan nasional kita ini. . . .

Bangun peternakan Indonesia. . . ! ! ! ! !

Selasa, 22 September 2009

Kelemahan Susu Bubuk

Sebagian besar orang memilih mengkonsumsi susu bubuk dibandingkan susu cair atau susu segar. . Banyaknya promosi yang digalakkan oleh produsen susu bubuk di Indonesia dengan menonjolkan berbagai macam kelebihan produknya memicu para konsumen memilih mengkonsumsi susu bubuk.
Akan tetapi, sebenarnya susu bubuk memiliki kelemahan dibandingkan susu cair. Susu bubuk yang beredar di Indonesia berasal dari susu impor yang biasanya sudah dihilangkan lemaknya. Untuk menutupi kekurangan tersebut, dalam pengolahannya produsen susu bubuk menggunakan minyak sawit untuk mengganti lemak yang tidak terdapat pada susu impor. Jadi, , lemak yang ada dalam susu bubuk bukanlah lemak hewani melainkan lemak nabati.
Selain itu, , vitamin yang ada dalam susu akan rusak pada saat pengolahan menjadi susu bubuk. Tetapi vitamin tersebut oleh produsen akan diganti dengan imbuhan vitamin pengganti dan beberapa unsur lain yang tereduksi saat pengolahan.
Kelemahan yang sangat terlihat tetapi tidak pernah dihiraukan oleh konsumen adalah mengenai harga. Harga susu bubuk relativ lebih mahal dari pada susu segar yang dihasilkan oleh peternak kita. Padahal kandungan nutrisi yang ada dalam susu cair segar produksi peternak kita tidak kalah dengan susu bubuk yang ada di pasar.
Nah, , sekarang anda dapat memilih apakah akan mengkonsumsi susu bubuk dengan embel-embel berbagai kelebihan yang ada di iklan atau mengkonsumsi susu cair segar yang diproduksi peternak kita yang sederhana tapi sebenarnya lebih baik untuk kita. . .
Bangun Peternakan Indonesia. . . . Dukung produk nasional. . . .